February 27, 2010

Metamorfosis

ini fiksi, BUKAN KISAH NYATA !!!




Metamorfosis saya adalah dari sebuah sebuah sel sperma ayah yang bertemu dengan sel telur ibu, kemudian selama sembilan bulan saya menjadi kepompong dan akhirnya saya berubah menjadi Anjing. loh, kok Anjing... iya ANJING.. tepatnya ANAK ANJING.

Perumpamaan diatas merupakan suatu kebenaran akan suatu proses dari kehidupan yang saya alami sendiri. saya ulangi, ini merupakan suatu kebenaran akan suatu proses dari kehidupan yang saya alami sendiri. ini hidup saya. Ingat peraturan pertama : " INI BLOG SAYA, INI POSTING SAYA, INI FIKIRAN SAYA, dan INI ADALAH HAK SAYA DIDALAM BERPENDAPAT ".




Apakah saya harus mencantumkan nama disini ? sebagai identitas atau hanya sebagai media mempermudah penyampaian antara saya dan anda yang membaca ?


Ok. saya Esa. mungkin diberi nama Esa karena saya merupakan anak tunggal dari sebuah keluarga yang saya anggap hanya sebagai neraka. Anjing !!!

Saya ingat pada saat saya masih di TK (Taman Kanak kanak), pada saat itu sedang pelajaran Mengarang Indah dengan tema KELUARGA, ada teman saya yang menulis : " FAMILY - Father And Mother I Love You " sedangkan karangan yang saya tulis tidak ada, kertas saya masih kosong. Karena saya tidak pernah mengenal akan indah nya keluarga, jadi jangan salahkan saya apabila kertas saya masih kosong. Akhirnya saya menyerahkan kertas tersebut kepada guru. Ibu guru itu bertanya "Esa, kok kertasnya kosong ?? " dengan enteng saya menjawab " Iya, Karena saya tidak tau apa itu arti dari keluarga " akhirnya bu guru terdiam, kosong. sama seperti kertas yang saya serahkan kepadanya.

Hingga saat ini, saya rasa rumah saya tak lebih baik dari neraka. Setiap saat melihat kedua orang tua bertengkar adalah suatu hal yang biasa buat saya. Terus bertengkar hingga kalian puas.

Liburan bersama keluarga adalah sesuatu yang tidak mungkin saya alami.. saya jengah akan rumah. Saya benci papa, saya benci mama.. no one loves me.. persetan segalanya.


Sekarang keluarga saya adalah saya sendiri...













dedicated to " The Victim of Divorce "

February 24, 2010

Ia Tidak Sedang Sendirian

PEREMPUAN itu duduk dengan tubuh condong ke meja di depannya. Pandangan matanya mengarah lurus ke depan. Tangan kirinya memegang rokok sementara tangan kanan yang sikunya bertumpu di atas meja berusaha menutupi separuh wajahnya. Mulutnya komat kamit. Sesekali badannya semakin condong ke depan ketika ia sedang tidak komat-kamit, seolah ingin menyimak benar setiap perkataan lawan bicaranya yang mungkin berucap dengan suara pelan. Padahal ia sedang sendirian.

Saya pikir perempuan itu pastilah setengah gila. Atau memang benar-benar gila. Tapi kenapa ia bisa dengan leluasa pergi tanpa penjagaan? Adakah kegilaannya yang satu ketika dapat merugikan orang? Tapi di luar gerak-geriknya yang aneh itu, caranya berpenampilan tidak menunjukkan bahwa ia tidak waras. Cenderung menarik, malah. Tank topwarna khaki berbelahan dada rendah dihiasi sedikit bordiran, nampak seksi namun terlihat manis berpadu celana jin dan sandal coklat motif bulu sapi. Rambutnya dijepit seluruh ke belakang sehingga tak ada satu helai pun jatuh menutupi wajahnya yang hanya disapu bedak tipis, sementara bibirnya dipulas gincu coklat muda yang terlihat amat natural. Umurnya mungkin menginjak tiga puluhan

Sejak satu jam lalu datang ke kafe ini, ia tak berhenti merokok dan meminta pelayan dua gelas bir sekali pesan. Ia tidak memesan makanan. Ia hanya minum bir yang hingga saat ini sudah empat kali pesan. Berarti sudah delapan gelas bir dalam waktu hanya satu jam. Apakah ia sudah mabuk sehingga berlaku sedemikian aneh, duduk dengan tubuh condong ke depan sambil menutupi setengah wajahnya dengan tangan kanan sementara mulutnya komat-kamit dan sesekali diam dengan tubuh semakin condong ke depan seolah ingin menyimak benar perkataan lawan bicaranya yang mungkin berucap dengan suara pelan? Padahal ia sedang sendirian.

Saya berusaha untuk mengalihkan perhatian kembali ke lap top. Ada beberapa surat elektronik yang harus saya jawab. Semua berkaitan dengan pekerjaan. Begitu banyak naskah yang datang namun sedikit yang layak untuk dipublikasikan. Padahal sebagai redaktur budaya sebuah surat kabar, saya harus memuat satu naskah dengan tenggat mingguan. Kalau saja saya tidak hanya diberi hak kuasa untuk menentukan naskah mana yang layak dimuat, namun juga diberi kuasa untuk berhak tidak memuat satu pun karya jika memang tidak ada yang layak dimuat, mungkin pekerjaan ini akan jauh lebih mudah. Tidak akan saya rasakan lagi pertentangan batin setiap kali harus dengan terpaksa memuat satu naskah yang kendati tak sesuai dengan keinginan saya, paling tidak dalam naskah itu terkandung pesan moral dan tidak menyinggung masalah SARA apalagi berbau porno seperti yang sering dibuat para penulis belakangan.

Pening kepala saya menatap puluhan surat elektronik yang melulu urusan pekerjaan, antri berjejer dari atas hingga bawah. Tak ada surat elektronik yang saya tunggu. Yang selalu bisa mendamaikan perasaan. Yang selalu bisa memberikan kesegaran. Sedang apa perempuan itu sekarang? Kenapa sudah berhari-hari tak mengirim kabar? Apakah dengan semudah itu saya terlupakan? Pandangan saya kembali beralih ke perempuan setengah gila, atau memang benar-benar gila, atau sudah mabuk, di depan saya. Tak kuasa saya untuk tidak mengamatinya lebih lanjut. Akhirnya saya pun tahu, apa yang menyebabkan saya tertarik mengamati perempuan itu. Bukan karena tingkah lakunya yang aneh. Bukan pula karena ia menarik seperti dugaan pertama saya. Tapi karena ia terlihat sama dengan perempuan yang kabarnya begitu saya tunggu. Saya rindu.

Saya mulai mencermati perempuan itu dengan lebih seksama. Gaya duduknya. Gaya merokoknya. Gaya minumnya. Dan barulah saya sadar, kenapa ia memesan bir sekaligus dua gelas. Yang satu ditaruh di depannya. Yang satu ditaruh di depan bangku seberangnya. Ketika perempuan itu minum birnya, bir di gelas satunya pun surut sebanyak yang ia teguk dari gelasnya. Lantas ia menaruh gelasnya kembali. Mengisap rokoknya yang ditaruh di tangan kiri. Menaruh siku tangan kanannya di atas meja. Dan menutupi separuh wajahnya dengan tangan kanannya. Saya tak bisa memercayai penglihatan saya. Hanya dua meja terisi di smoking area.Mejanya, dan meja saya. Ruang bebas rokok berada di sebelah kiri mejanya. Penuh terisi pengunjung yang datang bersama keluarga. Jika perempuan itu menutupi wajahnya hanya dengan tangan kanan, tapi membiarkan separuh bagian wajahnya yang lain terbuka di bagian kiri di mana lebih banyak pengunjung dapat melihat dari sana, apakah itu berarti ia secara sengaja menyembunyikan wajahnya dari saya yang duduk di sebelah kanannya?

Apakah ia merasa kalau saya sedang memperhatikan? Dan kenapa pelayan tidak terlihat merasa janggal setiap kali perempuan itu memesan dua gelas bir sekaligus, kenapa pula pengunjung lain tidak merasa bahwa perempuan itu berlaku aneh, duduk dengan tubuh condong ke depan sambil menutupi setengah wajahnya dengan tangan kanan sementara mulutnya komat-kamit dan sesekali diam dengan tubuh semakin condong ke depan seolah ingin menyimak benar perkataan lawan bicaranya yang mungkin berucap dengan suara pelan? Padahal ia sedang sendirian.

Kini saya yang merasa gila. Tak tahu mana yang harus saya percayai. Penglihatan saya, atau penglihatan orang lain. Pikiran saya, atau pikiran orang lain. Perasaan saya, atau perasaan orang lain. Saya melihat dan yakin betul perempuan itu sedang sendirian. Tapi saya juga melihat dan yakin betul perempuan itu tidak sendirian! Dari pesanan birnya yang sekaligus dua gelas. Dari cara duduknya yang condong ke depan dan menatap lurus-lurus ke seberangnya sambil komat-kamit dan sesekali tubuhnya lebih condong ke depan dengan ekspresi serius seolah sedang menyimak sebuah pembicaraan. Apakah semua itu tidak cukup sebagai bukti kalau perempuan itu tidak sendirian?

Dan ketika gelas keempatnya–atau gelas kedelapannya?–sudah hampir habis, bisa saya lihat jelas perubahan sikapnya. Ia mulai sering tertawa terbahak-bahak bersamaan dengan tangan kanan yang dipakai untuk menutupi separuh wajahnya melayang ke seberang meja dengan gerakan mencubit. Pipinya pun mulai merah. Tatapan matanya sudah tak sekeras sebelumnya. Berubah sayu dan mesra. Ada kegenitan pada sikapnya sekarang. Ada kehangatan, yang bisa membuat siapapun laki-laki di depan perempuan itu akan merasa sedang diberi peluang. Laki-laki? Saya tidak melihat siapapun bersama perempuan itu. Tapi kenapa saya begitu yakin jika ia sedang bersama laki-laki?

Saya semakin tak tahu mana yang harus saya percayai. Penglihatan saya, atau penglihatan orang lain. Pikiran saya, atau pikiran orang lain. Perasaan saya, atau perasaan orang lain. Tapi saya harus memercayai sesuatu. Tidak bisa tidak. Atau saya akan bertambah merasa gila, bukan lagi perempuan itu yang gila, atau semua orang di kafe ini yang tak kalah gila karena tidak bisa melihat bahwa di depan mata mereka sedang terjadi sebuah kejadian gila.

Saya tidak gila. Titik. Perempuan itu yang gila, tak terkecuali semua orang di kafe ini. Sudah amat jelas perempuan itu tidak sendiri. Dan ia pasti sedang bersama laki-laki. Perempuan jenis itu, yang sengaja memakai baju dengan belahan dada rendah, minum bir di siang hari, merokok tidak berhenti, berbicara dengan bisik-bisik sambil menyembunyikan separuh wajahnya, atau mulai tertawa terbahak-bahak sesudah menenggak bir gelas keempat dan mencubit genit sesekali, adalah jenis perempuan yang rugi jika waktunya tak dihabiskan untuk merayu laki-laki. Perempuan yang hanya berpotensi memberi kesenangan sesaat lantas meninggalkan tak lebih dari sakit hati. Pasti.

Saya kembali meneliti deretan surat elektronik. Ada beberapa yang baru. Semua berkaitan dengan pekerjaan. Tak juga saya terima surat elektronik yang saya tunggu. Sedang apa perempuan itu sekarang? Kenapa sudah berhari-hari tak mengirim kabar? Apakah dengan semudah itu saya terlupakan?

Mendadak saya enggan mencari jawaban. Percuma. Perempuan jenis itu tak beda dengan perempuan gila di samping saya. Seminggu keluar kota untuk liburan, pasti ia sedang tidak sendirian. Tak mungkin tidak ia lewati waktu tanpa merayu laki-laki untuk mengisi kekosongan. Pasti ia sedang memakai baju berbelahan dada rendah. Merokok. Minum bir. Mencondongkan tubuhnya ke depan, lebih condong lagi ke depan sehingga garis di antara buah dadanya dapat dilihat dengan begitu jelas dan aroma bir dari mulutnya tercium benar oleh hidung siapapun laki-laki di depannya. Sesekali terbahak. Sesekali mencubit dengan genit. Pasti. Betul atau tidak, terbukti atau tidak. Saya harus memercayai sesuatu, tidak bisa tidak. Atau saya akan bertambah gila.

Sudah saatnya pergi sekarang. Pergi meninggalkan semua kegilaan. Pergi meninggalkan semua keraguan. Pergi meninggalkan perempuan yang kabarnya begitu saya tunggu, kendati saya rindu. Saya cemburu. Padahal ia sedang sendirian.
sumber : Djenar Maesa Ayu

IKAN



Ia ikan yang terbang. Ia burung yang berenang. Dan saya, adalah saksi yang melihat semua itu dengan mata telanjang.

Ia menatap saya dengan pancaran mata riang. Syahdu meliputi butir-butir hujan yang jatuh menimpa tubuh kami yang diam-diam menggelinjang. Sembunyi-sembunyi, kami menikmati denyar-denyar di lautan perasaan paling dalam. Sementara kilat mencabik-cabik langit hingga berupa potongan-potongan gambar pantulan kami berjumlah jutaan. Ada yang hanya bagian kepala, ada yang hanya bagian kaki, dan ada yang hanya bagian tangan. Tak jarang kepingan-kepingan yang terlihat bagai pecahan kaca yang beterbangan itu saling berhantaman. Lantas jatuh menghajar kepala kami kala tak sedang ingin penuh. Menusuk ke dalam kekosongan otak yang terasa ringan. Hingga ada satu pecahan jatuh tepat di antara bibir kami yang tengah berciuman. Seolah dengan sengaja ingin memisahkan.


Malam berenang dalam kesunyian. Deru ombak ditingkahi samar suara musik dari kafe di kejauhan pantai, saling beradu berebut perhatian. Kami terkapar di atas pasir basah. Dingin meresap pori-pori kulit kami yang telah menjadi keriput dan merinding. Entah karena dingin yang memanggang, entah karena nyala yang redup, entah karena basah yang kering, entah karena entah, karena entah adalah ketidaktahuan yang sering kali jauh lebih memabukkan daripada kesadaran. Bukankah kita semua membayar mahal untuk sebuah entah? Kafe di pinggir pantai itu pun terisi orang-orang yang rela mengeluarkan ratusan hingga jutaan rupiah untuk tidak sadar. Untuk saling bertukar lidah berludah dengan orang yang baru dikenal. Untuk muntah di atas jamban lantas terpingkal-pingkal. Untuk saling bersentuhan dan mendesah massal. Untuk larut dalam satu malam yang menawarkan sejuta gombal.

Phuih! Ombak meludahi wajah kami yang ingin tak peduli. Tapi lendir ombak itu melekat begitu kental, begitu tengik! Mendakwa kelakuan kami sebagai jijik. Dan ia terpana. Girangnya sirna. Ia bukan lagi ikan yang terbang dan burung yang berenang. Dan ia menatap seolah saya adalah daging dan tulang yang terbalut kulit kerang. Muka badak, begitu istilah orang-orang. Maka saya tahu, hampir tiba saatnya waktu bersenang-senang hilang. Kebenaran dan kesalahan dipertanyakan. Saat penghakiman.

Suara musik di kejauhan membisikkan mimpi yang mutlak terulang. Sendawa alkohol di permukaan udara. Bahana tawa. Bercinta di bawah para-para. Pesta pora. Sentuhan menggoda. Senyum manja. Membuat saya begitu jengah dengan segala aturan-aturan. Membuat saya muak mendengar melulu kebajikan. Maka…

Phuih! Saya meludah ke mukanya. Lantas saya berlari sambil menarik dahak sebanyak-banyaknya di tenggorokan untuk segera melimpahkannya kepada ombak yang kurang ajar. Saya pun tak mau membuang waktu lebih panjang. Saya berlari kencang menuju kafe dengan kaki-kaki telanjang. Meninggalkannya dalam diam yang haru. Rajaman semu.

Musik kian mengentak. Undak-undakan telah disiapkan di pinggir bar. Para model menunggu giliran untuk sebuah peragaan. Entah peragaan busana. Entah peragaan gaya. Entah peragaan yang bisa memancing rasa terpana. Entah peragaan untuk sekadar pertunjukan. Pertunjukan berarti menunjukkan sesuatu. Tapi sesuatu yang ingin dipertunjukkan itu tetaplah entah. Di sebuah tempat antah berantah.

Mereka yang berada di sana tertawa untuk entah. Sementara saya pun pura-pura tertawa, mengelabui pikiran sendiri yang sedang secara diam-diam mencari makna. Berlaku nyaris sama dengan yang lainnya supaya tak terlihat sebagai pembodoh di dalam magma yang siap memuntahkan laharnya kepada siapa pun yang berusaha meredam dengan dingin tanya. Apa pula pentingnya bertanya jika ada liukan pinggul di depan mata, rok-rok dengan panjang ala kadarnya, dan kaki-kaki jenjang mengentak di atas meja? Bukankah yang selayaknya terdengar adalah tanya semisal, berapa kira-kira umur mereka, bisa atau tidak mereka diajak kencan setelah acara, pertanyaan-pertanyaan yang tidak saja tertuju kepada para model itu, tapi juga kepada setiap pengunjung yang rela dan masyuk berimpit di dalam ruangan dipenuhi asap rokok meraja tiap penjuru?

Dan pertanyaan itu pun berdesing di telinga saya. “Sendiri?” Saya menatapnya. Tapi pandangan saya bagai menembus segala bentuk yang ada. Saya melihat seringai serigala di bibirnya yang tipis itu. Saya melihat anak-anak yang tengah tertidur di atas tempat tidur berkelambu. Saya melihat jajaran kartu kredit di dompetnya yang berwarna abu-abu. Saya melihat seekor burung yang seperti baru terjaga dari mati suri nyaris sewindu. Saya melihat diri saya sendiri terpaku. Tak mampu menjawab pertanyaan itu. Ia pun langsung mengambil langkah seribu. Namun seperti pekik senapan lagi-lagi pertanyaan itu kembali memburu. “Sendiri?” Dan sesudahnya, saya melihat sepasang manusia bercengkerama, lalu memisahkan diri.

ALKOHOL, sebagaimana fungsi malam ialah sarana untuk bersembunyi dari terang. Mata pun meredup menciptakan pemandangan yang makin samar. Ada surga yang akan segera terjangkau. Ada nama yang akan segera dilupakan. Ada luka yang akan segera hilang. Luka yang menyadarkan bahwa masa lalu kita nyata. Masa lalu yang pernah menguatkan perasaan bahwa dosa tak akan pernah cukup berarti ketika hati nurani mengatakan apa yang benar.

Selalu harus ada yang pantas. Di tempat yang begitu tanpa batas ini pun mengenal kata pantas. Mata saya pun memanas. Ada yang mendesak ingin keluar. Maka bening berkumpul menyelimuti hitam bola mata. Namun ada keinginan kuat untuk segera menahan sedu sedan. Pertahanan yang dibangun untuk satu kata pantas, pantas, dan pantas. Padahal saya begitu ingin mendengar pantas sebagai pantat. Saya ingin melihat bubur sebagai dubur. Saya ingin merasa kosong sebagai bokong. Saya ingin merasa pantas yang lain dan lain yang pantas. Maka….

dengan mata telanjang saya melihat ia ikan yang terbang. Ia burung yang berenang. Lalu semakin banyak ikan yang terbang. Semakin banyak burung yang berenang. Lalu semakin bertambah banyak ikan yang terbang. Semakin bertambah banyak burung yang berenang. Dan semua adalah ikan yang terbang. Semua burung yang berenang. Namun saya mencari mata yang menatap girang. Tapi tak juga saya temukan ia di tengah hiruk-pikuk gelepar sayap ikan dan sirip burung-burung berkepakan. Ia masih berada dalam diam yang haru. Rajaman semu.

Saya menunggu.




sumber : djenar maesa ayu



February 23, 2010

AIR

Air putih kental itu saya terima di dalam tubuh saya. Mengalir deras sepanjang rongga vagina hingga lengket, liat sudah di indung telur yang tengah terjaga. Menerima. Membuahinya. Ada perubahan di tubuh saya selanjutnya. Rasa mual merajalela. Pun mulai membukit perut saya. Ketika saya ke dokter kandungan untuk memeriksakannya, sudah satu bulan setengah usia janinnya. Akan kita apakan calon bayi ini? Kita masih terlalu muda,” kata ayahnya.

Saya akan menjaganya.


Air kental itu seperti bom yang meledak di dalam tubuh saya. Mengalir deras sepanjang rongga vagina hingga keluar mendesak celana dalam yang tak kuat membendungnya. Terus menyeruak dan mendarat lengket, liat, di atas seprai motif beruang teddy berwarna merah muda. Ketuban sudah pecah. Rasa takut seketika membuncah. Tapi segera mentah berganti dengan haru memanah.

Sembilan bulan sudah. Lewati mual tiap kali mencium bau parfum keluaran baru eternity. Rasa waswas setiap kali belum waktunya namun sudah kontraksi. Tidak mengambil cuti, mencari uang demi mengonsumsi makanan bergizi yang konon bisa membuahkan kecanggihan otak maupun fisiknya nanti. Tapi… “Kami mengerti, tapi perutmu sudah kelihatan tambah besar. Kami tidak bisa mempekerjakan SPG yang kelihatan sedang hamil,” kata supervisor saya.

Saya akan menjaganya.

Air ketuban sudah hampir kering. Baru pembukaan delapan, masih harus menunggu dua pembukaan lagi. Harus operasi. Tapi saya ngotot persalinan alami. Uang yang terkumpul tidak cukup untuk operasi. Dan jika operasi, saya khawatir tidak bisa langsung mengurusnya sendiri. Untuk keperluan sehari-hari saja pas-pasan. Membayar pembantu, apalagi suster, jelas belum mapan. Materi yang ada, belum cukup untuk hidup sebagai majikan. Memikirkan itu tenggorokan saya jadi ikut kering. Erang kesakitan sudah tidak lagi melengking. Kepala saya pening. Dokter yang baik itu menatap saya dengan prihatin. Tapi saya berkata dengan yakin. “Robek saja, Dok. Gunting saja supaya tuntas pembukaannya.”

Saya akan menjaganya

Air hangat itu membasuh kulit tubuhnya yang bening. Suara tangisnya seisi ruangan melengking. Saya jentikkan jari kelingking di pipinya yang merah. Mengecup kedua matanya yang masih lengket. Masih tak percaya. Makhluk manis tak berdaya itu pernah tinggal di dalam rahim saya. Masih tak percaya.

Makhluk mungil itu keluar dari dalam tubuh saya. Lantas suster membawanya. Pergi ke kamar bayi jauh dari ibunya. Saya ingin protes, tapi tak bisa. Saya hanya bisa berjanji dalam hati, setelah ini tak akan ada yang memisahkan kami lagi, ketika suster itu berkata, “Ibu butuh istirahat untuk mempersiapkan ASI. Sekarang kami akan membawanya ke kamar bayi.”

Saya akan menjaganya.

Air putih cair itu keluar berupa jentik-jentik yang ajaib di ke dua puting saya. Suster yang sedari tadi memijat payudara saya terlihat puas. Tidak terlalu sulit mengeluarkannya. Selama sembilan bulan setiap harinya saya sudah memijat payudara saya dengan minyak kelapa. Lucu, sekarang ke dua payudara kecil ini pun gemuk membungkah seperti kelapa. Penuh dengan air susu yang sebentar lagi akan ada pengisapnya. Di mana makhluk mungil itu?

Saya begitu tak sabar menunggu. Begitu ingin segera menimang dan menatapnya menyusu. Saya sudah tidak butuh rehat. Air susu saya sudah sarat. Payudara sudah terasa berat. “Benar Ibu sudah siap?”

Saya akan menjaganya

Air mata meleleh di pipinya, tak ingin begitu saja melepas kepergian saya. Cukup lama saya harus menenangkannya. Berusaha memberikan pengertian. Berusaha memberikan rasa aman. Dan harapan. Harapan akan segera pulang. Harapan akan segera pulang membawa uang. Harapan akan segera pulang membawa uang untuk suatu hari nanti tak perlu pergi kerja dan tinggal angkat kaki ongkang-ongkang.
Jika saat itu tiba, kami akan menjelajah dunia. Mengunjungi semua Disneyland di tiap negara yang memilikinya. Bermain dengan penguin-penguin di Cape Town selatan Afrika. Menyeruput pinacolada di Hawaii sambil menyaksikan tarian bora-bora. Kalau perlu, kalau ia mau, saya akan membeli rumah berikut taman bermain milik raja pop Michael Jackson yang tengah bangkrut. Membeli apa pun yang ia inginkan semudah orang membuang kentut.
Tapi tidak mudah memberikan sejuta harapan. Apalagi jika harapan-harapan itu kerap diulang-ulang dan tak pernah mewujud jadi kenyataan. Karena sudah beribu-ribu kali saya hanya pulang membawa sedikit uang. Hanya cukup untuk makan sekadar, membayar listrik, air, telepon, kontrakan, dan sekolah yang semakin hari harganya semakin tinggi menjulang.

Dan saya tetap akan pergi. Tetap akan pulang. Ia akan tetap tak membiarkan saya pergi. Tetap menunggu saya pulang. Saya tetap akan pergi. Tetap akan pulang. Ia membiarkan saya pergi. Tak menunggu saya pulang. “Capek ah nunggu, aku udah mau tidur!” semprotnya.

Saya akan menjaganya.

Air asin itu mendarat di bibir saya lagi. Lampu-lampu besar seperti makhluk pemeras keringat yang tak berperikemanusiaan. Sudah jam delapan. Baru akan dimulai merekam adegan. Saya harus segera menghayati peran. Tapi kepala saya masih dipenuhi pikiran. Apakah makhluk kecil yang sudah beranjak remaja itu sudah makan? Apakah ia kesepian? Atau jangan-jangan di rumah ia sedang asyik masyuk pacaran? Saya menjadi ketakutan. Ingin menelepon tapi sutradara memberi instruksi jika ponsel mutlak dimatikan. Tak ada yang mungkin saya lakukan untuk menjangkaunya sekarang. Padahal saya sudah begitu ingin cepat-cepat menjangkaunya dan terbang pulang.
Melayang seperti burung tanpa harus terhambat kemacetan. Melayang bersamanya menikmati indahnya kelap kelip lampu jalan seperti dongeng anak-anak Peter Pan. Lampaui semua beban. Lampaui semua luka dan penderitaan. Kadang saya juga ingin melayang jauh ke masa lampau.
Tidak membiarkan air putih kental itu lengket di indung telur hingga tumbuh menjadi janin yang kini terlahir sebagai manusia yang merasa disia-siakan. Melayang lebih jauh lagi ke masa lampau. Tak bertemu dengan ayahnya yang dengan mudahnya lepas tangan. “Action!” teriak sutradara.

Saya akan menjaganya.

Air jernih di dalam gelas yang dulu ada di atas meja samping tempat tidurnya, kini telah berganti dengan air berbusa kekuning-kuningan. Di gelas itu berdiri sebotol bir merek bintang. Entah disengaja untuk menarik perhatian. Entah ia sudah teler dan lupa menyimpan. Yang sudah pasti telah terjadi perubahan yang membuat saya tertekan. Tapi lebih pasti lagi ia tak kurang tertekan. Apakah yang sudah saya lakukan? Atau justru apakah yang tidak saya lakukan? Sudahkah karenanya ia menjadi korban? Di balik selimutnya ia tertidur dengan amat tenang. Saya jentikkan kelingking di pipinya yang bening. Saya kecup kedua matanya yang merapat, persis seperti

ketika ia baru lahir dengan kedua mata yang masih lengket. Tapi ia menggeliat. Lantas meronta, menghalau saya supaya tak dekat-dekat. Semakin terkumpul segala lelah segala penat.

“Bangsaaaaaaaat!”

Saya tak kuasa menjaganya.

Air kuning kental itu meluap dari mulut saya. Lima puluh pil penenang saya tenggak. Harusnya seratus pil seperti yang dikonsumsi Maryln Monroe hingga ajal menjemputnya. Ada cahaya di ujung lorong, igau saya. Ternyata datang dari tubuhnya yang berbalut cahaya kemilau dengan tangan terbuka. Siap menerima saya dalam pelukan bahagia. Saya menengok ke arah ujung lorong yang berlawanan. Ada kegelapan, igau saya. Ternyata datang dari tubuhnya yang sama sekali tak berbalut cahaya kecuali melulu kegelapan dan luka. Terkulai lemah seakan menunggu saya menerima ia dalam pelukan saya. Menunggu. Seperti semasa ia bayi menunggu saya membersihkan puting payudara sebelum menyerahkan untuknya menyusu. Menunggu. Seperti semasa ia balita menunggu saya pulang selepas kerja membawa sedikit uang dan satu kantung plastik berisi sepatu baru.

Menunggu. Seperti saya sekarang menunggunya dengan ilusi dirinya berkilauan merentangkan tangan atau terkulai lemah membutuhkan pegangan setelah menemukan mulut saya berbusa akibat menenggak obat penenang. Menunggu.
Seperti sekarang saya menunggu emosi saya pergi. Menunggu kesadaran saya kembali. Menunggu. Seperti saya sekarang menunggu satu saat nanti ia mengerti. Satu saat nanti ia kembali.

Saya kembali ke kamarnya. Duduk di samping tempat tidurnya dan memerhatikannya yang sudah kembali pulas tidur. Ada buku di sampingnya menarik perhatian saya. Pelan-pelan saya ambil dan buka. Ada puisi di dalamnya.




Air dapat memelukmu

tapi tak akan membelenggumu

Air dapat pantulkan cahayamu

tapi tak dapat jadikanmu nyata
*


Saya akan menjaganya.


(*) Cuplikan puisi Air karya Banyu Bening
sumber : Djenar maesa ayu

February 22, 2010

Mimpi Vs Saya


pepatah : " mimpi adalah bunga tidur "

pepatah busuk yang masih dipercaya oleh "sebagian" orang, not me tentunya.. masih sering bermimpi kah anda ? mimpi tentang apa ??



Sebelum baca postingan dibawah : Saya tidak mengulik tentang deskripsi dari mimpi itu sendiri. Posting ini berdasarkan pikiran saya saja. kalau mau dibaca ya silahkan. Kalau tidak suka akan posting saya kali ini, silahkan maki saya. kalau kurang yakin ya whatever lah. la wong ini blog saya, bukan blog anda. Ingat akan kebebasan berpendapat ?? ;)




Mimpi Vs lotre

Sebagian orang bodoh lainnya menganggap mimpi sebagai pertanda dari nomer lotre keesokan hari nya. come on dude, kemana aja lo, 2010 masih kaya' gitu.. hahahaha... Apa coba hubungan antara mimpi dengan nomer lotre ? kalo mao dapet duit, ya kerja.



Mimpi Vs Firasat

Ada lagi nieh pendapat yang aneh tentang mimpi. Kalau mimpi gigi patah artinya ada orang terdekat yang akan meninggal, kalau mimpi dipatok ular artinya sebentar lagi akan dapat jodoh. HAHAHAHA.... ngakak.com untuk yang buat doktrin kaya gini. saya ulangi ya , 2010 dude, ingat tahun. hari gini masih aja percaya dengan hal yang begituan.



Mimpi Vs Bunga Tidur

Apa coba hubungan dari pepatah di atas. Mimpi bunga ? tidur pake bunga ? atau mari kita tanyakan kepada orang bodoh yang buat pepatah tersebut. hahaha.. setau saya, yang mananya bunga itu, sebagai kata kiasan untuk menyatakan sebagai hiasan, sesuatu yang bagus atau baik. la kalo kita artikan secara harfiah : mimpi adalah hiasan tidur ?? hahahaha.... ketawa.com lagi ah..


Mimpi Vs Khayalan

"Jangan bermimpi di siang bolong" kaya nya udah sering ya denger orang bilang kalimat yang saya sebutkan barusan. Maksudnya mungkin benar kalo jangan menghayal yang tidak - tidak. But, apakah menghayal dilarang ? loh loh.. kan menghayal ga bayar, menghayal kan bebas, " suka suka gw dong " kata mereka.. ya whatever you say lah.. lah terus kalau saya ? apakah saya suka menghayal ? dan jawabannya adalah IYA . saya suka berkhayal. ;)




Sekarang benang merah dari posting ini apaan ? dapat ditarik kesimpulan :


Jangan terlalu memikirkan mimpi, jangan banyak bermimpi, jangan mengaitkan mimpi dengan kehidupan yang nyata. just lets it flow




kata kunci : lupakan mimpi


February 21, 2010

Kontroversi tentang Maulid Nabi

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al 'Utsaimin rahimahullah –semoga Allah membalas jerih payahnya terhadap Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan- , beliau pernah ditanya tentang hukumnya memperingati maulid Nabi ?

Maka Syaikh Muhammad bin Shaleh Al 'Utsaimin rahimahullah menjawab:

Malam kelahiran Rasulullah tidak diketahui secara qath'i (pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan bahwasannya ia terjadi pada malam ke 9 (sembilan) Rabi'ul Awwal dan bukan malam ke 12 (dua belas). Jika demikian maka peringatan maulid Nabi Muhammad yang biasa diperingati pada malam ke 12 (dua belas) Rabi'ul Awwal tidak ada dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya.
Di lihat dari sisi syar'i, maka peringatan maulid Nabi juga tidak ada dasarnya. Jika sekiranya acara peringatan maulid Nabi disyari'atkan dalam agama kita, maka pastilah acara maulid ini telah di adakan oleh Nabi atau sudah barang tentu telah beliau anjurkan kepada ummatnya. Dan jika sekiranya telah beliau laksanakan atau telah beliau anjurkan kepada ummatnya, niscaya ajarannya tetap terpelihara hingga hari ini, karena Allah ta'ala berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. Q.S; Al Hijr : 9

Dikarenakan acara peringatan maulid Nabi r tidak terbukti ajarannya hingga sekarang ini, maka jelaslah bahwa ia bukan termasuk dari ajaran agama. Dan jika ia bukan termasuk dari ajaran agama, berarti kita tidak diperbolehkan untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan acara peringatan maulid Nabi r tersebut.

Allah telah menentukan jalan yang harus ditempuh agar dapat sampai kepada-Nya, yaitu jalan yang telah dilalui oleh Rasulullah r, maka bagaimana mungkin kita sebagai seorang hamba menempuh jalan lain dari jalan Allah, agar kita bisa sampai kepada Allah?. Hal ini jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak Allah, karena kita telah membuat syari'at baru pada agama-Nya yang tidak ada perintah dari-Nya.
Dan ini pun termasuk bentuk pendustaan terhadap firman Allah ta'ala :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha'i islam itu jadi agama bagimu". Q.S; Al-Maidah : 3
Maka kita perjelas lagi, jika sekiranya acara peringatan maulid Nabi termasuk bagian dari kesempurnaan dien (agama), niscaya ia telah dirayakan sebelum Rasulullah meninggal dunia. Dan jika ia bukan bagian dari kesempurnaan dien (agama), maka berarti ia bukan dari ajaran agama, karena Allah ta'ala berfirman: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu".

Maka barang siapa yang menganggap bahwa ia termasuk bagian dari kesempurnaan dien (agama), berarti ia telah membuat perkara baru dalam agama (bid'ah) sesudah wafatnya Rasulullah r, dan pada perkataannya terkandung pendustaan terhadap ayat Allah yang mulia ini (Q.S; Al-Maidah : 3) .
Maka tidak diragukan lagi, bahwa orang-orang yang mengadakan acara peringatan maulid Nabi, pada hakekatnya bertujuan untuk memuliakan (mengagungkan) dan mengungkapkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW, serta menumbuhkan ghirah (semangat) dalam beribadah yang di peroleh dari acara peringatan maulid Nabi tersebut.
Dan ini semua termasuk dari ibadah. Cinta kepada Rasulullah termasuk ibadah, dimana keimanan seseorang tidaklah sempurna hingga ia mencintai Nabi melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri, anak-anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia. Demikian pula bahwa memuliakan (mengagungkan) Rasulullah termasuk dari ibadah. Dan juga yang termasuk kedalam kategori ibadah adalah menumbuhkan ghirah (semangat) dalam mengamalkan syari'at Nabinya.

Kesimpulannya adalah bahwa mengadakan peringatan maulid Nabi dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala, dan pengagungan terhadap Rasulullah termasuk dari ibadah. Jika ia termasuk ibadah maka kita tidak diperbolehkan untuk mengadakan perkara baru pada agama Allah (bid'ah) yang bukan syari'at-Nya. Oleh karena itu peringatan maulid Nabi termasuk bid'ah dalam agama dan termasuk yang diharamkan.

Kemudian kita mendengar informasi bahwasannya pada acara peringatan maulid Nabi terdapat kemunkaran-kemunkaran yang besar, yang tidak dibenarkan syar'i, indera maupun akal. Dimana mereka mensenandungkan qashidah yang didalamnya mengandung pengkultusan terhadap Nabi r, hingga terjadi pengagungan yang melebihi pengagungannya kepada Allah ta'ala –kita berlindung kepada Allah dari hal ini-.

Dan juga kita mendengar informasi tentang kebodohan sebagian orang yang mengikuti acara peringatan maulid Nabi tersebut , dimana ketika dibacakan kisah maulid (kelahiran) beliau, lalu ketika sampai pada perkataan (dan lahirlah Musthafa ), maka mereka semua serentak berdiri. Mereka mengatakan bahwa ruh Rasulullah telah datang, maka kami berdiri sebagai penghormatan terhadap kedatangan ruhnya. Dan ini jelas suatu kebodohan.
Dan bukan merupakan adab bila mereka berdiri untuk menghormati kedatangan ruh Nabi , karena Rasulullah merasa enggan (tidak senang) apabila ada sahabat yang berdiri untuk menghormatinya. Padahal kecintaan dan pengagungan para sahabat terhadap Rasulullah melebihi yang lainnya, akan tetapi mereka tidak berdiri untuk memuliakan dan mengagungkannya, ketika mereka melihat keengganan Rasulullah dengan perbuatan tersebut. Jika hal ini tidak mereka lakukan pada saat Rasulullah masih hidup, lalu bagaimana hal tersebut bisa dilakukan oleh manusia setelah beliau meninggal dunia?.

Bid'ah ini, maksudnya adalah bid'ah maulid, terjadi setelah berlalunya 3 (tiga) kurun waktu yang terbaik (masa sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). sesungguhnya Peringatan maulid Nabi r telah menodai kesucian aqidah dan juga mengundang terjadinya ikhtilath (bercampur-baurnya antara laki-laki dan wanita) serta menimbulkan perkara-perkara munkar yang lainnya.

Bukan Cerita SEDIH !!! ( must read : renungan )

berdasarkan kisah nyata yang ditambah sedikit fiksi ;)


panggil saja aku bagas (25 thn). Terlahir sebagai seorang pria dan anak bungsu dari tiga saudara, yaitu kak Lili (35), kak Shanty (30), dan saya. Saya terlahir dari orang tua yang sangat aku cintai. Aku hidup dengan tidak mengenal apa itu sedih. Karena di dalam hidup ku aku sudah ditempa dengan apa itu yang namanya pahit getir kehidupan. bukan kesedihan, saya ulangi sekali lagi, bukan KESEDIHAN.

Ayah saya seorang Pegawai Negeri Sipil bergolongan III C, merupakan golongan yang tinggi sebenarnya. Sedangkan ibu saya, atau biasa saya panggil mamak, adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai sifat keibuan. dari saya lahir, ibu saya sudah mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Untuk menyusui saya saja, ibu harus menarik saya dengan susah payah, syukur - syukur ibu bisa menimang saya, untuk berjalan atau mengerjakan pekerjaan rumah saja belia kesusahan.
Ibu saya meninggal pada saat saya kelas 3 sekolah dasar, disaat saya sedang membutuhkan kasih sayang seorang ibu, ibu malah meninggalkan kami semua. Mungkin ini takdir Tuhan, Ibu meninggal dikarenakan sakit lumpuh pada kaki nya yang sudah menahun, entah itu diguna guna orang atau apalah, yang jelas dari saya kecil, ibu saya sudah lumpuh. Saya shock pada saat itu. Kehilangan sosok seorang ibu yang sangat saya sayangi, tapi apa dikata, kehidupan saya harus terus berjalan. Sekarang dirumah hanya ada Ayah, Kakak Lili, kakak Santy, dan saya.

February 20, 2010

free download music

1. White Apple Tree - Velvet Mustache (2010) - download


2. Diaphane - Samdhya (2010) download





February 19, 2010

Singkawang in Love




Terbesit rencana untuk holiday bareng sahabat, maka saya (donutz), oya', ndut, wawan, tri, oneng dan taul sepakat membuat sebuah rencana perjalanan ini.

Setelah melalui perencanaan yang alot serta musyawarah yang pelik (hampir gagal), akhirnya kita jadi berangkat ke singkawang tanggal 12.feb 2010 jam 21.00 malam, dengan pertimbangan kalau berangkat malam maka lebih efisien waktu dan uang (tentunya), haha..

Setelah acara jemput jemputan dari rumah kerumah, maka berangkat lah kita. mungkin dikarenakan faktor capek, kita berhenti sejenak di sosok ( 50km dari sanggau ). Setelah rehat sejenak, perjalanan diteruskan dan kembali istirahat di Pahoman. mungkin karena lapar, maka saya beserta teman berinisiatif makan dulu, dari pada masuk angin. logika yang masuk akal juga.. hahaha.


Jam tangan menunjukkan jam 2 dini hari. this journey must go on, so.. lets go sahabat..


Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, mobil melaju di atas aspal mempawah. saya sangat terkesan dengan tata kota mempawah (yang notabene merupakan ibukota kabupaten pontianak). Jalan aspal nya licin dan lurus, sangat bertolak belakang dengan jalan raya di kota sanggau. Semapt terfikir juga oleh saya kalau jalan sanggau seperti mempawah..hahaha

Sekitar jam 03.00 dini hari, mobil melewati jalan ke arah singkawang ( ke arah utara mempawah ), jalan yang dilalui sangat bagus, karena di sebelah kiri berbatasan langsung dengan laut lepas, cuma kondisi saat itu dini hari, yang ada cuma gelap gulita. " tunggu besok siang, aku pasti menikmati pemandangan ini" benakku berfikir.

Akhirnya, setelah bergelap gelapan di jalan, terlihat plang yang menyebutkan "SELAMAT DATANG DI KOTA SINGKAWANG".. allhamdulilah. akhirnya sampai juga di kota Singkawang. waktu menunjukkan jam 05.00 wib dini hari. Temen temen sudah pada tidur, Oya' disamping juga tidur, capek habis dinas pagi kayaknya. Tri dan Taul juga tidur, malah Taul sempat ngorok,,hahahahaha.. Oneng juga sudah terlelap,si Ndut antara tidur dengan sadar. (kalo kita bilang tuh "mata tidur, mulut tetep ngomong" hehehe).. karena Wawan yang pegang kendali, jadi saya mengajak Wawan ngobrol sepanjang perjalanan, takut juga kalo dia ngantuk ...

Rehat sejenak di warung kopi, sambil menikmati kopi susu hangat. terus memantau aktifitas umat thionghua sedang sembahyang pagi di klenteng ( kebetulan warung kopi yang kita singgahi bersebrangan dengan klenteng tersebut ). Kesempatan narsis didepan klenteng pun tidak di sia sia kan oleh saya dan temen - temen untuk berpoto didepannya.. haha.










Setelah rehat sejenak, saya bilang ke anak anak, kalo saya mau lihat sunrise di pantai Pasir Panjang. so, berangkatlah kita ke pasir panjang. perjalanan ditempuh dalam tempo 15 menit. Tapi sayangnya, pada saat tiba dipasir panjang, eh mataharinya malah membelakangi pantai. hahaha.. ya udah lah. belum jodoh kali ya berjumpa matahari pagi di pasir panjang. Kesempatan di pasir panjang tidak di sia sia kan kita untuk jepret jepret.. jepret sana jepret sini.


Sesudah lelah bermain di pasir panjang, saatnya sarapan.sebenarnya banyak pilihan menu untuk sarapan di singkawang, cuma berhubung pas suasana imlek, ya warung warung banyak yang tutup. so solusi yang tepat adalah warung padang.

Setelah sarapan, berhubung belum pada mandi, jadi oya' menghubungi tantenya yang kebetulan tinggal di singkawang, untuk menunpang mandi dan istirahat sejenak. ribet memang kalau ke kota orang apabila tidak membawa peta. Akhirnya setelah setengah jam berputar putar di kota Singkawang, dapat juga alamat yang dituju. akhirnya...hehehehe.

Setelah pada mandi dan istirahat, wawan mengajak saya untuk mengunjungi kakaknya (Kak Ngah )di singkawang.. kebetulan juga kakak nya masih kerja (guru Mtsn), jadi ketemuan di sekolahan. so setelah keliling ( lagi ) mencari alamat yang dicari.. eh, diperjalanan sempat melihat rombongan barongsai dan liong sedang menampilkan atraksinya, " kesempatan.." pikir saya, cuma berhubung nikon SLR tidak dibawa, pake kamera handphone bukan masalah.. snap snap snap.. dapat.. hehehehe...











Akhirnya dapat juga alamat kakak wawan, setelah berbincang sejenak dengan kakak nya, kita cabut balik ke rumah tante oya'..

Jam menunjukkan jam 10.00 pagi. kita berencana untuk keliling kota Singkawang, tiba tiba ditengah perjalanan, saya melihat ada lampion besar. wah, rugi kalau tidak menyempatkan diri untuk melihat dari dekat. akhirnya setelah mobil terparkir rapi, kita menuju ke lampion yang katanya memecahkan rekor untuk lampion terbesar di indonesia. yess,, dapat potonya..

Setelah selesai, kita melanjutkan perjalanan ke pontianak. dengan pertimbangan kalau sampai di pontianak sore, kita masih bisa istirahat sejenak. di perjalanan, saya mengusulkan ke temen temen untuk rehat sejenak di Ancol. Tempat yang semalam yang saya lihat cuma gelap. wah ternyata pemandangan yang ditawarkan ancol bagus juga. sempat berpoto. dilanjutkan dengan makan (lagi).. hehehehe.. Perjalanan dilanjutkan. saya sempat tertidur juga pada saat itu, mungkin dikarenakan kecapean juga. setelah memasuki kota pontianak, saya terbangun di karenakan suara klakson mobil yang bising. weleh weleh.

Sesampainya di pontianak, kita di sibukkan dengan masalah penginapan, wisma dirgantara (langganan kita) sudah pada penuh, next option ?? " hotel merpati " seru ndut, ternyata merpati penuh juga, terus ke hotel 95, penuh juga.. kacau.

Sempat terfikir juga untuk bermalam di mobil, tapi mengingat ada 3 wanita di mobil, sepertinya tidak mungkin.. tiba tiba ndut punya ide, " kalo nginap di wisma deket korem koti ?? " goooo.... akhirnya dapet juga 2 kamar. Dengan pembagian kamar cewek dan cowok.. hahahaha

Setelah beristirahat plus mandi, saatnya jalan jalan sambil menantikan pesta kembang api di jl. gajah mada.. dinner dulu di solaria, mega mall. Dilanjutkan dengan acara nonton 21, berhubung saya, oya', ndut dan tri hobi nonton, so cuma kita berempat yang nonton. sementara wawan, taul dan dina pergi jalan jalan.

jam 22.30 wib, setelah selesai nonton, rencana nya melihat kembang api. eh, pas mau minta jemput, mobil kejebak macet. waduh.. kacau. hampir 1 jam menunggu jemputan, akhirnya sampai juga mobil nya. hore.. mobil melesat menuju jl. gajah mada. saya bersama oya' berpisah dari yang lain, jadilah nonton kembang api berdua.. mantap... tiba tiba handphone saya berbunyi, ada sms masuk, datangnya dari tri. isi nya kurang lebih seperti ini " Ju, jadi am.. udah mo pada balik." hehe, oke bos..

Sesampainya di wisma, berhubung Wawan dan Tri capek, jadi mereka berdua tidur duluan. ehm, ngopi malam - malam sambil nongkrong kaya' nya asik nie,, hehe. berangkatlah saya, oya', ndut, taul, oneng.. cafe queen namanya. " saya pesan coffee late " jawabku. eh, yang laen juga pesan yang sama.. jadi coffe late 5, ditambah chicken nughet sama lumpia..

Kira kira jam 02.30 dini hari (14 feb), ndut mau ketemu dengan di Dian ( notabene pacar nya ). Jadi melesatlah kita ke Guess cafe. setelah berbincang bla ..bla .. bla.. jam 03.00 dini hari kita balik ke wisma. tepar karena capek atau memang cuaca yang dingin. saya pun terlelap...
14.feb jam 07.30 wib
Saya terbangun, dikarenakan suara Wawan yang sudah bangun dari tadi. setelah boker dan mandi, saya berinisiatif buat ngopi sendirian di warung kopi samping, waduh tutup ternyata. saya urungkan niat buat ngopi, kebetulan ada teh hangat gratis dari wisma. hajaar,,
Setelah siap semuanya, kita breakfast bareng di jalan sumatera, saya menghabiskan 2 porsi bubur ayam, sementara yang lain ada yang pesen bakso (what ?? pagi pagi makan bakso?? hehehe)... setelah selesai sarapan, balik lagi ke wisma. terus saya, tri, wawan dan taul berencana untuk main bilyard di Istana Bilyard di dekat hotel Mahkota.. sementara grup cewek ya udah pasti shoping shoping dan shoping lah...

Pukul 13.00 wib, setelah capek bermain, saya, tri, wawan dan taul dijemput ndut. mobil menuju mega mall (lagi).. " yang laen gek makan di texas tu..ikot tak??" ujar ndut.. tiiidakkkk.. makan di texas ?? no lah.. lidah saya bukan lidah barat, hahaha... mampir sejenak di hypermart. eh ada liat cokelat edisi valentine day. beli dua ah buat oya' ( walaupun saya bukanlah pengikut paham valentins day ).. anak anak nitip c1000... ngantri lama, minumnya sebentar doang.. parah.

Oya' tiba tiba bilang "bo. oya mo nyari camera digital.." oke lah kalau begitu.. hehehe. kebetulan di hypermart ada jual camer digital. akhirnya pilihan jatuh pada canon warna ijo, 10Mpx,. keren keren,,

Jam menunjukkan jam 16.00 kurang dikit. tiba tiba hape bunyi lagi, sms datang dari tri "oy, wisma dah nak cek out ni.. kita tunggu di depan jawi ria." oke bos.
Bergegas saya dan oya' ke depan jawi ria. berhubung yang cowok belum lunch, saya usul untuk beli nasi di bungkus saja, terus makannya di wisma. setuju.. oke lah.. kali ini menuju jalan imam bonjol. "warung padang yang sudah pernah saya kunjungi" fikir ku saat itu, "saya pesen ayam panggang di tambah kering tempe bu'...." setelah selesai dibungkus, kita menuju wisma. packing barang barang, bersiap balik ke sanggau.

Sesuai planning semalam. kalau sebaiknya kita lewat jalan tayan.."buset dah, bisa pecah bokong ane" benak ku berkata. tetapi demi menghemat bensin dan waktu. akhirnya jalan tayan di tempuh. kendali penuh di tangan tri kali ini.

Jam menunjukkan jam 17.00 wib. beli langsat untuk oleh oleh. setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, mobil kita sampai di simpang ampar - tayan. Perjalanan masih jauh sobat. masih 2 jam lagi.. setelah memesan secangkir kopi, kita meneruskan perjalanan. akhirnya sampai juga di sanggau kota. tercinta jam 22.00 wib..


allhamdulillah. sampai dengan selamat.. ayo kawan, kapan kita berlibur bersama lagi..???


Kata kunci : Kebersamaan

February 17, 2010

bagi bagi e-book gratis

buat temen temen, ini ane mo bagi ebook gratis, monggo di download ya. gratis tis tis dah...


1. Jangan main main (dengan kelamin mu) karangan Djenar Maesa Ayu download









2. Dibawah lentera merah karangan soe hok gie download















3. Kisah 47 Ronin karangan John Allyn download















4. Cara Gila Jadi Pengusaha download












5. Rahasia Senyum Nabi Muhammad SAW download

6. Atlantis di Indonesia download

7. 20 Kelemahan Ketuhanan Yesus download

Sejarah Fotografi

poto : Jembatan penyeberangan ferry pontianak - tahun 1970 (vintages)




Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.






Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).

Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:

By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).


Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.

Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.

Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.

Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”

Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.


Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran

Kamera Polaroid


Kamera Polaroid atau lebih dikenal dengan kamera langsung jadi adalah model kamera yang dapat memproses foto sendiri di dalam badan kamera setelah dilakukan pemotretan. Kamera polaroid ini menggunakan film khusus yang dinamakan film polaroid. Film polaroid yang dapat menghasilkan gambar berwarna dinamakan film polacolor. Menurut sejarahnya, kamera polaroid atau kamera gambar seketika jadi ini dirancang untuk pertama kalinya oleh Dr. Edwin Land dari perusahaan Polaroid dan dipasarkan sejak tahun 1947.

Polaroid menghasilkan foto dalam waktu singkat (dalam beberapa menit saja), tetapi tidak mempunyai negatif. Jepretan pertama dengan menggunakan kamera polaroid dilakukan oleh Dr Edwind Land pada tahun 1944, sedangkan jepretan pertama di muka bumi ini (dengan kamera yang ada pada saat itu) dilakukan oleh Niceephore Niepce yang memotret gudang di halaman belakang rumahnya di Prancis pada tahun 1826.

but now, polaroid udah menjelma semakin canggih, sekarang udah ada tuh polaroid digital, tapi tetep bisa langsung jadi dengan ukuran 2x3" with boardless... em.. lumayan juga ya.. ini nih gambarnya :

klik link ini buat lebih detil : klik

kata kunci : Polaroid adalah merk, cuma karena latah, Polaroid di sebut sebagai kamera langsung jadi. ibarat brand image. seperti di indonesia sering kita jumpai brand image kayak indomie untuk mie instant, atao rinso untuk detergen.

Badai Angkasa yang Indah dan Menakjubkan




Astronom mengatakan, bahwa mereka menemukan gejala angkasa yang indah dan menakjubkan, teleskop angkasa Hubble berhasil merekam gambar badai alam semesta, pada arus kisaran gas dengan pancaran interaksi badai yang terjadi di wilayah tersebut dan jika dilihat sangat mirip lautan luas yang dahsyat (lihat gambar).

Penemuan Dunia Baru


Penemuan dalam dunia astronomi : penemuan planet baru dan kemungkinan adanya tanda-tanda air dibawah permukaan Mars. Sebuah tim astronomi Amerika dari Universitas California, Berkley, minggu lalu mengumumkan penemuan planet seperti Bumi berorbit pada bintang seperti layaknya.

Seorang anggota tim, Paul Butler dari institusi Carnegie, Washington mengatakan: “ini adalah planet bintang yang terkecil yang pernah terdeteksi dan planet berbatu angkasa jenis baru pertama.” Pada sekitar 7.5 kali dimensi planet kita, “ini seperti saudara tua Bumi”.Meskipun tidak ada informasi langsung mengenai komposisi planet. Berdasarkan dimensi dan orbitnya planet in kemungkinan berbata-batu. “Saya pikir apa yang kita lihat disini adalah pertengahan antara planet seperti Bumi dan versi panas raksasa es Uranus dan Neptunus,” Kata Gregory Laughlin dari University of California.
Hanya 15 tahun cahaya jaraknya, dalam konstelasi Aquarius, planet baru ini berorbit pada bintang kecil yang tidak seperti pada umumnya, Gliese 876, bersama dengan planet raksasa gas yang pernah terdeteksi sebelumnya.



Dengan terus memonitor bintang ini lebih dari tiga tahun melalui Keck Keck Observatory di Hawaii yang baru-baru ini diperbaharui, tersedia data baru. Pada hampir 3.2 juta kilometer dari mataharinya, planet ini bertemperatur lebih dari 400oC. “Karena planetnya berada dalam orbit dia harian, panas temperaturnya seperti oven, kami tidak mengharapkan adanya kehidupan,” kata Mr Butler.

sementara itu, pada orbit disekitar Mars, pencarian kehidupan tetap berlanjut setelah keberhasilan peluncuran dua 20 meter radar boom pada pesawat ekspress Mars Eropa.

Keterlambatan terjadi pada waktu akan membuka antenna pertama pada 8 Mei, pada waktu salah satu dari tiga belas seksi gagal terkunci. Hal ini sangat vital untuk investigasi tahap kedua mencari adanya air dibawah Mars, sehingga dapat digunakan untuk menunjang kehidupan. Peralatan lainnya di pesawat luar angkasa baru-baru ini mendeteksi adanya aurora di Mars untuk pertama kalinya, Jenis yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam system matahari.

Termotivasi oleh keberhasilan baru-baru ini, Teleskop angkasa NASA pencari planet luar angkasa, direncanakan untuk diluncurkan pada 2014, dan misi ESA Darwin, diluncurkan pada 2015 secepat mungkin, akan terus mencari planet seperti Bumi dan tanda-tanda kehidupan di planet luar.






sumber : http://www.theepochtimes.com/news/5


February 16, 2010

kota sanggau di tahun 80'an

mohon maaf sebelumnya, ane tak bisa ngasi info lengkap mengenai jalan ato bangunan apa. apabila ada yg tau, kasi tau ah.. hahahaha...foto didapet dari : fansmania.wordpress.com





pasar jaman dolo.. vintage ya


pasar jaman dolo..



bioskop didepan hotel narita

bingung, ini poto baru pa lama ya ?? hahaha


ini poto ditepian kapuas, didepannya hotel pantai mutiara sekarang


tepian kapuas, tepatnya di deket hotel pantai mutiara


tepian sungai kapuas (dari dulu mpe skrang tak brubah,, tetep kotor.. hahaha)


rumah di komplek projal


warung makan juita


pasar laut juga kayanya (hahahaha)


didepan toko GEMBIRA - pasar senggol


jln. kartini (dimananya ya ?? set dah.. hahahaha)


poto lapangan rawa bakti


nieh keluarga bule di kolam renang projal (kayanya file asli poto ini didapet dari doski)



Kalo ini kayanya pasar senggol kali ya,, hahaha

simpang jalan kertini (beneran ??)


jembatan gantung sekayam


jalan bunut


jalan masuk perintis