
Aku jauh dari sempurna karena memang aku bisu. Aku hanya bisa mendengar, menggerakkan tangan dan kakiku, menggeleng kalau bilang tidak dan mengangguk kalau ingin mengatakan iya. Kesempurnaan yang kuimpikan adalah ketika aku bisa bicara, ketika aku tidak lagi menggunakan anggota tubuhku sebagai isyarat atau ketika air mata tidak kujadikan sebagai bahasa komunikasiku.
Ruangan kecil, sudut kamar dan teras adalah tempat dimana aku bisa berkomunikasi menggunakan kemampuanku yang terbatas. Tempat itu membuatku merasa aman, membuatku bisa tersenyum dan menangis. Tempat itu pula diam diam aku belajar berbicara tanpa diketahui oleh mereka. Lamunan, khayalan dan harapan sudah banyak di pikiranku, aku simpan rapat di hati, tanpa seorang pun tahu, ya karena aku tidak bisa bicara.
Bagiku cermin adalah sebuah benda yang bisa menciptakan dan merefleksikan sosok yang aku ingin sekali bisa berbicara dengannya. Cermin dapat menghadirkan sosok itu dan menciptakan karakter yang bisu pula seperti aku, sehingga aku bisa bebas belajar berbicara. Refleksi di cermin itu bisa aku maki maki, aku sayangi sesuai caraku sendiri tanpa bisa protes.
Sekarang aku ingin sekali bisa berbicara, karena memang aku ingin seperti mereka yang bisa dengan lancarnya mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Berbicara bagiku adalah harta termewah yang ingin sekali aku punya dan rasakan.
Ketika aku mengerti arti kata “bisu” ...
No comments:
Post a Comment