Carles Townes adalah penemu bersama laser (light amplification by stimulated emission of radiation) dan pemenang Nobel untuk fisika. Ia pekan lalu kembali menjadi berita karena berhasil memenangkan hadiah bidang keagamaan tahunan yang nilainya terbesar.
Townes sekarang berusia 89 tahun dan menjadi pengajar, profesor di University of California, Berkeley. Hadiah yang diterimanya adalah Templeton Prize untuk penelitian dan pengembangan temuan spiritual. Hadiah ini sendiri bernilai 795.000 pound sterling atau sekitar 14 miliar rupiah. Ia dihargai karena pembicaraan dan tulisannya yang bertema peran penting ilmu pengetahuan dan agama.
Townes pertama kali menekuni topik ini pada tahun1964, pada tahun yang sama ketika ia menerima Nobel untuk laser dan maser (microwave amplification by stimulated emission of radiation) bersama dengan dua peneliti asal Rusia. Topik pertamanya dalam bidang ini disampaikan pada kelas Alkitab untuk pria di gereja Riverside, New York. Pembicaraannya ini diterbitkan oleh majalah IBM Think, dan dalam majalah alumni MIT (Massachusetts Institute of Technology). Namun publikasi ini dan artikel susulannya mendapat tentangan dari alumnus lainnya di MIT. Demikian pula tendensi religius Townes mendapat tentangan dari penyokong doktoralnya di California Institute of Technology.
"Banyak yang tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan juga berdasarkan asumsi dan kepercayaan. Tidak ada yang bisa dibuktikan secara absolut," jelas Townes. "Temuan-temuan indah dalam ilmu pengetahuan dan agama datang dari upaya kita untuk observasi, asumsi yang mendalam, kepercayaan dan logika." Ia mencontohkan ilham yang didapatnya mengenai maser saat duduk di bangku taman di Washington DC dengan Wahyu yang ada di dalam Alkitab.
Temuan-temuan dalam bidang fisika juga menunjukkan bahwa kecil kemungkinan keberadaan kehidupan merupakan ketidaksengajaan. Ini menimbulkan pertanyaan keagamaan mengenai apakah alam semesta ini pun telah direncanakan.
Townes kelahiran Greenville di negara bagian South Carolina. Ia lulusan Furman University sebelum mendapatkan gelar kesarjanaannya dari Duke University dan Caltech. Ia juga sebelumnya menjadi teknisi peneliti di Bell Laboratorium selama Perang Dunia II. Kemudian ia mengajar di Columbia University dan MIT. Pada tahun 1961 ia mulai meneliti bidang optik yang menghasilkannya penghargaan dunia.
Penghargaan Templeton ini akan diterimanya, 4 Mei. Menurut penuturannya sebagian akan disumbangkan untuk sekolah-sekolah berlatar agama.(ads)
Sekedar Baca : wauw,, baru tau yag.. ternyata manusia memang diciptakan sebagai makhluk Allah swt sebagai makhluk yang sempurna, punya pikiran serta intelektual yang tinggi, tapi kenapa dengan kejeniusan serta kelebihan yang dimiliki, manusia selalu menyalahgunakan "berkah pintar" yang dikasi oleh Penciptanya??? apakah itu sebagai tanda kurang bersyukur atas nikmat yang di beriNya??? buzz
No comments:
Post a Comment